Kepada doa yang masih menggantung tinggi di langit-langit pengharapan. Kepada sajadah yang tak pernah kering oleh airmata. Kepada puisi yang terkadang rancu sebab kehilangan diksinya. Kepada asa yang senantiasa mengiba pada penulis takdirnya. Kepada siapa aku harus melerai gundah ini? Saat doa tengah terhalang waktu untuk dapat terijabah. Atau ini hukuman dari Kekasihku yang marah pada kepongahanku? Atau aku masih harus menerobos garis nasib pada lorong waktu yang begitu panjang? 

Kepada siapa aku mengadukan masygul yang melanda jiwa? Saat ratapku berhenti di garis futur doaku. Kepada siapa aku melerai amarah? Saat tak ada yang mengerti resahnya hati yang menggundah. Mungkinkah waktu tengah enggan berkompromi? Hingga ikhtiar selalu tergantung hampa di sekat-sekat dindingnya yang begitu tinggi untuk kelewati. Mungkinkah Dia memintaku untuk bermuhasabah lebih baik dalam renungan layla-Nya. Atau lagi-lagi aku masih harus mengiba di sepertiga malam yang memotong bunga tidurku.

Kepada siapa aku meminta? Jika mimpi hanya berlabuh di malam-malam hampa. Jika pintaku hanya sampai di setengah perjalanan menuju petala Arsy-Nya? Jika penghuni langit seakan enggan mengamininya. Duhai... haruskah aku mengalah dalam lelah? Haruskah aku berhenti dalam tatih? Haruskah aku mundur dengan hati hancur? Haruskah aku..? 

Kepada Engkau, yang menjadi tumpuan doa-doaku. Kutahu janji-Mu pasti bagi hati yang meyakini. Kutahu Engkau tak pernah meninggalkan jiwa-jiwa yang mengiba. Kutahu Engkau mengetahui yang tak kami ketahui. Jangan biarkan aku merana dalam keputusasaan duhai Rabbku. Jangan biarkan aku tenggelam dalam kefuturan jiwa sebab hilang pegangan. Jangan biarkan aku lepas mengembara dalam kebodohan. Jangan biarkan aku enyah dalam kesia-siaan. 

Apakah ini sebentuk teguran dari-Mu? Atau kah ada ketentuan-Mu yang belum dapat kubaca hikmahnya. Sungguh tiada artiku tanpa Engkau yang mengasihi. Tiada adaku tanpa Engkau yang mengadakan. Peluk aku saat waktu begitu sempit menghimpit. Peluk aku saat udara begitu pengap terasa. Peluk aku saat tiada sesiapa yang mau merengkuh. Jangan lepas aku dalam Samudera jahiliyah. Cukupkan aku dengan syukur dan sabar. Cukupkan aku dengan ikhlas dan tawakkal. Cukupkan aku dengan kasih-Mu.

Mungkin.. aku masih perlu mencari jalan untuk tiba. Mencari cara untuk bisa. Aku tak ingin futur duhai Rabbku. Tak ingin kuisi hatiku dengan keputusasaan yang menghambat langkahku. Aku takkan menyerah meski tersuguh banyak kegagalan pada jalanku. Aku takkan berhenti meneruskan mimpi ini.. aku tahu Engkau mengujiku agar aku mampu berjalan di atas setapak yang lebih terjal dari ini. Aku tahu tiada doa yang sia-sia. Aku tahu Engkau sungguh Maha Mendengar. 

Aku akan belajar lebih giat lagi duhai Rabbku. Akan kukerahkan penaku untuk terus membumikan ikhtiar bersama senandung doaku. Aku tak ingin kalah pada nasib yang dapat dirubah. Akan kutepati janjiku duhai Rabbi.. sebab aku tak ingin termasuk pada hamba yang merugi. 
  
Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku akhirnya. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik amalku keridhaan-Mu. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik hariku saat bertemu dengan-Mu.”

@bianglalahijrah
Magelang, 03 Desember 2014

2 Komentar

  1. Aamiin :)

    Wahh pinter nulis nihh, bahasanyaaa rapi hihi
    Salam kenal putri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, makasih mbak dwi udah bw balikk.. salam kenal juga ^_^

      Hapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)